PROFESI: PENGEMIS

01.45 WIB
Aku kerja di daerah Suhat (Soekarno-Hatta) Malang. Baru pindah sih 2 bulan lalu. Ekspetasi sebelum pindah ke Malang (sebelumnya Jogja, Tangerang, Surabaya) pasti enak nih kotanya, kota wisata kayak Jogja yang berhati nyaman. Gak macet, banyak pengemis, gelandang, kriminalitas rendah dan kampung kumuh. Well, hampir benar sih semua ekspetasi aku selain pengemis (setiap kota pasti punya plus dan minusnya masing-masing). Di Malang, banyak pengemis, khususnya daerah kerjaku ya di Suhat. Bahkan pengemis adalah profesi! This is fact, didepan tempat kerja aku kebetulan ada tanah kosong tanpa pagar dan ditumbuhi alang-alang disitulah tempat mereka (pengemis jadi-jadian) ber-make over. Yaps, ibu-ibu muda (umur sekitar 28thn) dengan rambut rebonding blonde (serius, ini gak bohong) turun dari angkot membawa anak kecil umur 4 taun pakai pakaian normal (bahkan bisa dibilang bagus). Setelah berubah (ganti baju) di alang-alang bimsalabim mbak tadi jadi gembel dengan pakaian lusuh, compang-camping, pakai kerudung untuk menutupi perawatan rambutnya dan si anak juga pakai baju jelek lalu di gendong. Pengamatan aku ya, mbak tadi beroperasi di daerah suhat tiap sabtu pagi. Itu hanya satu cerita, masih ada cerita lain. Deket mie setan ada indomaret, kebetulan aku lagi ke indomaret dan ngelihat bapak-bapak yang biasanya ngamen di tempat kerjaku tukar uang receh banyak banget dan beli rokok. Artinya apa? Bapak itu gak miskin, cuma miskin aja mentalnya dan gamau punya kerjaan yang jelas. Fisik bapak tadi gak cacat, sehat dan kuat, kalau menurut aku mending jadi kuli bangunan daripada ngamen atau minta-minta. Btw, sejak saat itu Bapak tadi gak pernah ngamen di tempat aku (maksudnya dilewatin aja, malu mungkin kedoknya kebuka atau males juga karena aku gak pernah kasihan sama model kayak gini jadi gak pernah kasih uang). Bapak ini rutin juga, ngamen daerah suhat. Nenek-nenek pengemis, yang begini nih kadang aku suka kasihan dan ngasih tapi sebelum aku ngelihat sendiri di ruko sebelah tempat kerja yang kebetulan kosong digunain mereka ganti baju (maksudnya mereka ganti baju di depan ruko ya, pakai baju double gitu). Nenek tadi sama ibu-ibu (mungkin anaknya) dan cucunya jadi kayak semacam keluarga pengemis. Ironi ya, maksudnya mereka gak cacat fisik tapi kenapa cacat mentalnya? Ibu-ibu ini bisa lho cuci piring di warung atau pembantu, itu pekerjaan terhormat. Tapi kenapa mereka milih jadi pengemis? Mungkin karena putaran uangnya lebih banyak, jam kerja fleksibel, modal tampang melas doang. Kenapa orang-orang males gini ya, presidennya aja semangat maju kok sebagian rakyatnya modelnya begini? Satu hal yang aku benci dan heran banget dari pengemis jadi-jadian, kenapa mesti bawa anak kecil? Mau mencetak generasi cacat mental? Emang sih kalau bawa anak, rasa belas kasihan sebagian orang nambah tapi kalau aku sih justru gak kasihan. Karena kalau dikasihani dan dikasih uang, si anak akan tetap jadi "alat penghasil uang" si anak gak dapet haknya untuk sekolah, bermain dan belajar banyak hal. Siapa tau juga anaknya dibius biar ngantuk, jadi enak diatur dan diajak ngemis keliling, kasihan :( please kalau emang terpaksa harus ngemis, jangan bawa anak, anak biar sekolah jadi mereka bisa memiliki kesempatan menjadi manusia yang lebih baik dan bermartabat. Aku berharap ngemis bukan pilihan hidup ataupun profesi bukan juga tuntutan, asal ada kemauan kerja halal insyallah ada jalan. Dinsos Kota Malang ini PRmu. Partisipasi yang bisa aku lakukan adalah dengan TIDAK MEMBERI UANG KE PENGEMIS, biar mereka kerja lain yang lebih baik dan terhormat.
Disclaimer: semua yang aku tulis disini adalah opini pribadi, gak ada maksud menjatuhkan pihak lain. Foto? Jujur aku gak ada foto, karena pas aku ngelihat mereka aku kerja jadi gak sempat take pict. Tunggu updatetan selanjutnya kalau ada foto, aku sisipin. Semoga Indonesia bebas dari profesi pengemis.
02.34 WIB

2 comments:

  1. Wah . . . Gitu ya. .
    Tadi sore saya ke indomaret di depan terminal Brawijaya Banyuwangi.. lah ada bapak bapak separuh baya yg kakinya cacat (tp msh bsa jalan) nuker uang receh dan uang kertas pecahan rp.1000 sampai rp.5000 di kasir indomaret.. senilai 150.000 rupiah. Wah. Banyak juga penghasilannya.

    ReplyDelete
    Replies
    1. nah, iya kan mas, pengemis sekarang sudah dijadikan profesi bahkan profesi profesional yang terstruktur, miris ya. btw, makasih sudah membaca blog aku. salam kenal :)

      Delete