Kita dalam bersosial media




-cerita panjang-



Sosial media? Ya, tentu kita  sudah tidak asing dengan sosial media seperti facebook, twitter, instagram dll. Kita sudah sering menggunakannya, bahkan tidak hanya untuk “killing time” tapi seperti sudah kebutuhan sehingga mengambil porsi waktu produktif kita. 

Ngomong-ngomong soal penggunaan sosial media yang “tidak tepat waktu”, aku ada pengalaman dengan seorang teman bule asal UK.  Perbedaan waktu UK dan Indonesia itu sekitar 7 jam, jadi ketika di Indonesia jam 15.00, di UK baru jam 08.00. Karena perbedaan waktu itu, komunikasi kita “delay”. Sebenarnya gak bisa dibilang delay sih, karena ketika aku di Indonesia sudah pulang kerja dan santai, dia disana sedang bekerja. Awal kenal aku bertanya “kenapa kamu balasnya lama? Ya, aku tau perbedaan waktu, apa tidak bisa membalas chat ketika kamu bekerja? Maksudku ketika kamu makan siang”. Dan dia menjawab “ma’af tidak bisa karena ketika bekerja, aku fokus kerja. Aku akan menggunakan sosmed ketika aku sudah benar-benar santai”. Waah, beda sekali ya dengan orang kita. Kita terbiasa menggunakan sosmed kapan saja, bahkan saat bekerja atau bahkan ketika ngobrol empat mata dengan teman kita bisa lho sambil lihat postingan di instagram. 

Mungkin fakta ini lah yang menyebabkan jejaring sosial selalu tumbuh pesat di Indonesia.Dulu (atau mungkin sampai sekarang masih ya??) bisa dibilang aku orang yang terlalu atraktif di sosial media. Ada kejadian apa aja selalu update status tanpa ada filter, bahkan terkesan pencitraan untuk menarik simpati. Duh, malu kalau mengingat masa lalu alay. Hampir tiap hari selalu update foto di ig, untungnya sih bukan spam foto selfie karena secara fisik aku sadar betul tak menarik, selain gak bisa pose depan kamera juga. Makin dewasa, makin paham kalau aku menggunakan sosial “terlalu” dan itu gak baik. Aku sedikit demi sedikit sudah bisa mengurangi kecanduan yang terlalu dengan sosial media, bisa dilihat di instagram dalam 1 bulan cuma ada beberapa foto yang aku posting dan itupun menurut aku sudah foto sortiran yang di upload bukan untuk tujuan riya’ tetapi lebih ke informatif dan fun, that’s why I use hash tag #instagramforfun.

Kadang aku merasa miris, melihat timeline instagram yang isinya hanya pamer dan terlihat tidak real, hidup serba hedon, lalu aku mikir apa ini ya yang namanya “di sosial media kamu bisa jadi siapa aja”?. Ada yang lucu di instagram, orang banyak-banyakan followers dan sedikit-sedikitan following, what the hell? Semakin banyak followers seperti suatu kebanggaan sendiri. Oya, lupa kalau banyak followers kan bisa di endorse dan jadi selebgram (?).

Path, dulu ketika mulai bosan dengan instagram dkk aku fokus ke path karena path eksklusif. Gak usah aku ceritakan panjang lebar tentang ke-eksklusifan path apa karena kalian juga udah paham. Tapi seiring berjalannya waktu, path gak seasyik dulu, gak eksklusif lebih tepatnya. Dan aku mulai (atau sudah?) meninggalkannya.

Facebook, sosial media terlama yang aku miliki selain twitter. Sempat vacuum beberapa lama dan akhirnya aku login kembali. Alasannya? Teman-temanku banyak di fb. Tetapi aku tidak memakai facebook seperti dulu, yang setiap saat selalu lihat timeline karena timeline facebook gak seasyik dulu, isinya share-share berita yang gak jelas sumbernya dan perdebatan rasis sana-sini. Bisa dibilang facebook paling rentan isu hoax.

Twitter, salah satu sosial media yang masih asyik. Gak begitu dikuasai hoax dan pamer. Isi tweet masih banyak yang berbobot yang bisa menambah wawasan dan banyak company yang mempunyai akun twitter, sehingga memudahkan customer apabila ada pertanyaan dan keluhan. Twitter juga orangnya “well educated” kalau menurut aku, ya iyalah twitter kan isinya tulisan 144 karakter, bisa sih twittpict tapi orang “low educated” pasti tidak suka itu, kurang menarik kata mereka.

Oya, kenapa aku tiba-tiba pengen nulis sebanyak ini? Karena aku melihat postingan di group fb yang aku ikuti, ada orang posting sesuatu yang baik tetapi malah di bully dan ada orang yang posting sesuatu yang gak penting malah dipuja, dunia terbalik ya?! Di posisi seperti itu aku gak bisa ikutan komentar karena percuma, tim bully yang fungsi otak kurang dimaksimalkan jumlahnya lebih banyak. Yuk ahh, menggunakan sosial media dengan bijak dan jangan mudah judge orang lain dengan kata-kata kasar.

Segala sesuatu pasti mempunyai dua sisi yaitu sisi positif dan negative, pun demikian dengan sosial media. Sosial media apabila dipergunakan dengan baik tentu mempunyai manfaat, seperti sosial media untuk berjualan dan aku sudah menghasilkan rupiah dari berjualan online di sosial media. Mungkin aku akan cerita dipostingan selanjutnya tentang jualan online ku, lumayan kan sekalian promosi :D

Karena ini sudah page 3, aku akhiri aja deh tulisan uneg-uneg ku ini, semoga apa yang aku tulis panjang lebar ini ada manfaatnya, as you know aku tidak anti sosial media, aku juga pengguna sosial media, pernah alay juga tapi karena proses waktu akhirnya aku “lumayan” bisa menggunakan sosial dengan lebih bijak.

No comments:

Post a Comment