Menikah : Opiniku
Saat
aku menulis ini, umurku sudah/baru 24 tahun. Penggunaan kata “sudah” dan “baru”
dalam konteks ini relatif. Kalau untuk sebagian orang Indonesia 24 tahun itu
umur yang pas (bahkan ada yang mengatakan sudah lewat waktunya menikah), tapi
untuk foreigners umur 24 masih muda dan belum ada tekanan menikah, cmiiw. Aku
gak akan membahas terlalu jauh hal tersebut, karena kita dan foreigners (bule)
berbeda budaya.
Alhamdulillah,
orang tuaku sangat-sangat open minded untuk hal ini, mereka tidak pernah
sekalipun menyuruh aku menyegerakan menikah. Mereka berpendapat menikahlah
ketika sudah benar-benar siap dan ketika sudah ketemu jodoh, hehe.
Menurutku,
menikah adalah perjalanan panjang yang harus ditemani dengan orang yang tepat.
Karena perjalanan panjang, perbekalan harus benar-benar siap dan pengambilan
keputusan harus matang. Aku tidak setuju alasan menikah karena usia. Misalnya,
karena usia (bagi sebagian orang) sudah waktunya menikah akhirnya mereka
mati-matian mendekati semua laki-laki yang prospek untuk membawanya ke
pelaminan atau mengambil keputusan menikah tanpa landasan benar-benar cinta.
Banyak
contoh kasus, menjadi janda di usia muda karena menikah by accident (hamil
duluan) atau menikah usia muda tapi bertahan lama padahal aslinya tidak bahagia
(bertahan karena anak). Menikah tapi tidak bahagia, karena faktor ekonomi dan
orang tua. Menikah tapi tidak memperhatikan anak (usia labil, belum siap punya
anak). Intinya menikah tanpa persiapan (apalagi karena accident) itu berpotensi
besar menimbulkan banyak masalah.
“kamu
udah 24 thn lho, kok gak cepetan menikah. Apa gak kasihan anaknya nanti masih
kecil orang tuanya sudah tua?”
Aku
lebih kasihan dan merasa berdosa, kalau anakku nanti lahir dari orang tua yang
belum siap menikah dan pada akhirnya dia kekurangan kasih sayang, depresi
melihat orang tuanya hidup seatap tapi tidak benar-benar cinta.
Terkadang
aku merasa ilfeel ketika ada orang menanyakan tentang nikah, bahkan terkesan
“kamu kok gak nikah-nikah, gak laku ya, jodohnya jauh ya”
Sebagian
besar orang Indonesia adalah orang yang percaya bahwa nikah itu ada batas
waktunya. Mungkin mereka benar bahwa 24 tahun adalah usia matang untuk menikah
dari segi mental dan reproduksi tapi mungkin mereka lupa kalau pemikiran
seperti itu tidak bisa di-amini oleh semua orang.
Kalau kita
tidak bisa merubah, paling tidak kita tidak menjadi bagian dari mereka.
Jangan
jadikan “kamu kapan nikah” sebagai guyonan. Kalau berniat bertanya, bertanyalah
dengan baik syukur-syukur di do’akan segera bertemu jodohnya.
Jangan
bertanya “kapan nikah” dengan embel-embel “nanti keburu tua lho”. Kalian gak
pernah tau, alasan seseorang belum menikah pada titik itu. Mereka punya alasan
tersendiri yang mungkin gak semua orang boleh tau. Silahkan bertanya tapi
jangan menyakiti!
Jangan
membandingkan si A dan si B, semua orang tidak akan pernah suka dibanding-bandingkan.
Note :
Menikah
muda itu tidak salah. Menikah muda itu baik (apabila dilakukan dengan persiapan
yang matang dan tentunya bukan karena
accident). Menikah muda itu menandakan jodoh kamu memang cepat datang dan itu
artinya kamu gak boleh menunda-nunda kebahagiaan (menikah=bahagia). Memang
banyak kasus pernikahan gagal dan masalah lainnya tapi bukan berarti kita
jadikan alasan untuk takut menikah. Selama menikah dilandasi saling cinta dan
restu orang tua insyallah semua akan bahagia dan baik-baik saja. Naif, apabila
diusiaku yang 24 tahun belum punya niat menikah tapi ada beberapa alasan yang
gak semua orang boleh tau kenapa aku belum juga menikah (mohon dido’akan saja
secepatnya bertemu jodoh dan segera menikah). Aku “tidak” approach siapa-siapa,
karena bagiku dicintai lebih baik
daripada mencintai. Well,karena aku sudah memastikan aku bisa mencintai orang yang
mencintaiku juga. Trust me!
No comments:
Post a Comment