Ayam geprek Mas Fa - Dokumentasi Pribadi


Ayam geprek adalah salah satu makanan favoritku. Mulai kecanduan ayam geprek sejak kuliah semester pertengahan, waktu itu mulai menjamur warung ayam geprek di Jogja. Salah satu pioneer ayam geprek di Jogja adalah “Mbok Moro” yang kebetulan pemiliknya adalah anak dari dosenku. Sebagai orang Jawa Timur tulen, awalnya asing dengan apa itu ayam geprek tapi setelah makan ternyata jadi “pengabdi ayam geprek” hehe. 

Ayam geprek Mas Fa - Dokumentasi Pribadi
Ayam geprek adalah ayam tepung yang di geprek dengan sambal bawang, ada yang menggepreknya sampai hancur ada juga yang asal geprek. Sebagai pelengkap, selain ada lalapannya juga ada kecap manis dan sayur sop. 

Menurut beberapa artikel yang aku baca, ayam geprek berasal dari Yogyakarta. Bermula dari ayam goreng biasa yang di geprek dengan sambal bawang lalu berkembang menjadi ayam goreng tepung yang di geprek. Ada yang bilang penggunaan ayam tepung yang di geprek, selain untuk variasi juga sebagai identitas ayam khas Indonesia (kita tau ayam goreng tepung K*C berasal dari USA) harapannya nanti ayam goreng tepung yang digeprek dengan sambal bawang juga bisa mendunia seperti K*C. Amiinn.

Setelah pindah ke Kota Malang, awalnya aku kesulitan mencari ayam geprek khas Yogyakarta. Sebenarnya banyak yang jual ayam geprek tapi tidak ada yang se-autentik seperti ayam geprek “Mbok Moro”. Sampai-sampai aku tweet ke si Mbok untuk buka cabang di Malang, tapi sampai artikel ini release tweet ku belum di respon si Mbok (kali aja si Mbok baca tulisanku ini, tolong segera buka cabang di Malang ya! Hehe). Rata-rata penjual ayam geprek di malang memakai ayam tepung yang di geprek dengan sambal tomat, kan menurut pakem per-ayam geprekan itu salah, hehe. 

Karena udah jadi “pengabdi ayam geprek” aku tidak boleh menyerah gitu aja sampai aku mendapatkan ayam geprek seperti yang sering aku makan waktu kuliah di Jogja dulu. Akhirnya ketika googling tentang makanan murah, enak dan wajib dicoba di Malang aku menemukan blog yang salah satunya merekomendasikan ayam geprek mas Fa. Oke, aku memutuskan mencari warung mas Fa yang menjadikan mendowan sebagai primadonya. 

Mendowan Mas Fa - Dokumentasi Pribadi
 Menurut informasi dari internet ayam geprek Mas Fa beralamat di Jln Terusan sigura-gura D 171B, meluncurlah aku kesana dan 3 kali kesana gak nemu juga sama warungnya mas Fa. Akhirnya memilih bantuan “call a friend” yang kebetulan mondok daerah sana dan katanya warung mas Fa selalu tutup. Sedih dan nyaris pupus harapan untuk makan ayam geprek mas Fa. 

Ketika membuka instagram, tiba-tiba muncul update-tan Mas Fa yang katanya mau buka lagi di Jln Kawi atas no 21 (depan FO Blossom) dan kabar baiknya lagi ada promo buy one get one free. Langsung deh, aku dan temenku cuss kesana. Waktu aku tanya kasirnya, katanya memang Mas Fa sempat vakum gak jualan selama 6 bulan. 

Harga menu di Mas Fa - Dokumentasi Pribadi
 Rasa ayam geprek Mas Fa bisa dikatakan ayam geprek yang paling enak diantara ayam geprek lain yang pernah aku makan di Malang dan memang benar mendowannya memang juara. Kalau di Jogja warung ayam geprek biasanya menanyakan jumlah cabe yang dimau lalu penjual akan menguleknya dan menggeprek ayam (jadi 1 ulekan, 1 pembeli) kalau di Mas Fa tidak, sambal bawangnya sudah ready tapi gak masalah karena pembeli bisa mengambil sambal sepuasnya, nasi juga bisa ambil sepuasnya. 

Sambal ambil sepuasnya - Dokumentasi Pribadi
Yuks, makan ayam geprek Mas Fa biar Mas Fa terus jualan dan aku gak perlu jauh-jauh ke jogja kalau lagi kangen ayam geprek. 

Update : Mulai 1 Oktober 2017, Ayam geprek "Mbok Moro" telah buka cabang di Giant Ekstra, Kebonsari, Malang. Nanti dibuat review nya.


 
Ilustrasi


Entah ini bisa disebut opini atau curhat yang tersurat.

Saat aku menulis ini, umurku sudah/baru 24 tahun. Penggunaan kata “sudah” dan “baru” dalam konteks ini relatif. Kalau untuk sebagian orang Indonesia 24 tahun itu umur yang pas (bahkan ada yang mengatakan sudah lewat waktunya menikah), tapi untuk foreigners umur 24 masih muda dan belum ada tekanan menikah, cmiiw. Aku gak akan membahas terlalu jauh hal tersebut, karena kita dan foreigners (bule) berbeda budaya. 

Alhamdulillah, orang tuaku sangat-sangat open minded untuk hal ini, mereka tidak pernah sekalipun menyuruh aku menyegerakan menikah. Mereka berpendapat menikahlah ketika sudah benar-benar siap dan ketika sudah ketemu jodoh, hehe. 

Menurutku, menikah adalah perjalanan panjang yang harus ditemani dengan orang yang tepat. Karena perjalanan panjang, perbekalan harus benar-benar siap dan pengambilan keputusan harus matang. Aku tidak setuju alasan menikah karena usia. Misalnya, karena usia (bagi sebagian orang) sudah waktunya menikah akhirnya mereka mati-matian mendekati semua laki-laki yang prospek untuk membawanya ke pelaminan atau mengambil keputusan menikah tanpa landasan benar-benar cinta. 

Banyak contoh kasus, menjadi janda di usia muda karena menikah by accident (hamil duluan) atau menikah usia muda tapi bertahan lama padahal aslinya tidak bahagia (bertahan karena anak). Menikah tapi tidak bahagia, karena faktor ekonomi dan orang tua. Menikah tapi tidak memperhatikan anak (usia labil, belum siap punya anak). Intinya menikah tanpa persiapan (apalagi karena accident) itu berpotensi besar menimbulkan banyak masalah.

“kamu udah 24 thn lho, kok gak cepetan menikah. Apa gak kasihan anaknya nanti masih kecil orang tuanya sudah tua?” 

Aku lebih kasihan dan merasa berdosa, kalau anakku nanti lahir dari orang tua yang belum siap menikah dan pada akhirnya dia kekurangan kasih sayang, depresi melihat orang tuanya hidup seatap tapi tidak benar-benar cinta. 

Terkadang aku merasa ilfeel ketika ada orang menanyakan tentang nikah, bahkan terkesan “kamu kok gak nikah-nikah, gak laku ya, jodohnya jauh ya” 

Sebagian besar orang Indonesia adalah orang yang percaya bahwa nikah itu ada batas waktunya. Mungkin mereka benar bahwa 24 tahun adalah usia matang untuk menikah dari segi mental dan reproduksi tapi mungkin mereka lupa kalau pemikiran seperti itu tidak bisa di-amini oleh semua orang. 

Kalau kita tidak bisa merubah, paling tidak kita tidak menjadi bagian dari mereka.
Jangan jadikan “kamu kapan nikah” sebagai guyonan. Kalau berniat bertanya, bertanyalah dengan baik syukur-syukur di do’akan segera bertemu jodohnya. 

Jangan bertanya “kapan nikah” dengan embel-embel “nanti keburu tua lho”. Kalian gak pernah tau, alasan seseorang belum menikah pada titik itu. Mereka punya alasan tersendiri yang mungkin gak semua orang boleh tau. Silahkan bertanya tapi jangan menyakiti!

Jangan membandingkan si A dan si B, semua orang tidak akan pernah suka dibanding-bandingkan. 

Note :
Menikah muda itu tidak salah. Menikah muda itu baik (apabila dilakukan dengan persiapan yang matang dan tentunya bukan  karena accident). Menikah muda itu menandakan jodoh kamu memang cepat datang dan itu artinya kamu gak boleh menunda-nunda kebahagiaan (menikah=bahagia). Memang banyak kasus pernikahan gagal dan masalah lainnya tapi bukan berarti kita jadikan alasan untuk takut menikah. Selama menikah dilandasi saling cinta dan restu orang tua insyallah semua akan bahagia dan baik-baik saja. Naif, apabila diusiaku yang 24 tahun belum punya niat menikah tapi ada beberapa alasan yang gak semua orang boleh tau kenapa aku belum juga menikah (mohon dido’akan saja secepatnya bertemu jodoh dan segera menikah). Aku “tidak” approach siapa-siapa, karena bagiku dicintai lebih baik daripada mencintai. Well,karena aku sudah memastikan aku bisa mencintai orang yang mencintaiku juga. Trust me!
Ilustrasi 


Bulan depan (November 2017) tampaknya akan menjadi musim nikah bagi orang jawa (baca suku jawa) karena undangan dari beberapa teman sudah mulai berdatangan. Itu artinya aku harus mengeluarkan lebih banyak uang di bulan November untuk “nyumbang”. Berhubung aku berstatus karyawan swasta yang berpendapatan sama tiap bulan jadi aku harus berstrategi menyusun pengeluaran agar tidak over budget dan tetap bisa nyumbang (dengan nominal yang sudah jadi standart daerahku). Kenapa aku HARUS nyumbang padahal kalau mau jujur, undangan bulan November itu lebih dari 7 dan itu memberatkan untuk aku yang stabilitas ekonominya masih labil? 

Sebelum aku nulis ini, aku sudah baca beberapa artikel kredibel yang menjelaskan tradisi nyumbang bagi suku Jawa (pokok bahasan dibatasi). Pada awalnya tradisi nyumbang itu bertujuan sangat mulia dan tanpa tendensi apa-apa. Tujuannya adalah meringankan beban yang punya acara/gawe. Dulu misalnya ada tetangga mau menikahkan anaknya, tetangga sekitar membantu semampunya misal mampunya menyumbang tenaga (rewang) ya nyumbang itu aja, mampunya membelikan beras 5 Kg ya tidak jadi masalah dan tidak akan jadi bahan ghibah. Namanya nyumbang berarti seikhlasnya, semampunya, tanpa paksaan dan tanpa mengharapkan timbal balik. 

Tapi sekarang, tujuan dari nyumbang itu seolah telah kabur. Nyumbang sudah seperti keharusan bagi yang menerima undangan kalau tidak mau jadi bahan pembicaraan. Nyumbang juga jadi identitas pemberi, semakin dekat hubungan kekerabatan dengan yang punya gawe secara otomatis harus nyumbang lebih besar daripada umumnya. Prinsip sukarela dalam menyumbang juga telah bergeser menjadi prinsip sunnah muakad (kalau tidak mau disebut memaksa/wajib), pakewoh lah, takut dirasani adalah beberapa unsur yang memberatkan untuk tidak nyumbang. 
Padahal idealnya nyumbang itu adalah panggilan jiwa (keikhlasan) bukan karena takut dirasani, sungkan dan mengharap timbal balik. Sialnya, susah untuk aku menerapkan apa yang aku tulis karena lingkaran pertemanan dan keluargaku sudah terdoktrin hal tersebut sejak lahir dan mungkin mereka sebenarnya berpikir sama dengan aku (out of the box) tetapi tidak ada yg speak up atau minimal berusaha “meluruskan” tradisi.

Disclaimer : 
Aku tidak menyalahkan tradisi nyumbang, aku pro tradisi tersebut tetapi aku merasa pergeseran nilai tradisi sudah terlalu jauh. Mulai adanya hukum “mengembalikan”, keharusan dan nominal yang pada akhirnya bukan mendo’akan yg nikah malah ada celetukan “halah, kok udah nikah aja sih”. Bukannya pada undangan pernikahan tertulis do’a restu ya bukan sumbangan wajib. Anyway, banyak cerita miris yang aku tau sendiri, seseorang rela ngutang hanya untuk datang ke kondangan saudara, miris ya! Dan ada yang lebih miris, seorang anak harus mengundur rencana baik pernikahan hanya karena orang tua belum ada dana untuk “buka terop” so sad! Kenapa kita tidak bisa sesederhana Mark Zuckerberg ketika nikah? Apakah gengsi selalu terdepan? Mari kita lebih “membumi” dalam segala hal. Terlihat “waah” namun aslinya jauh dari kenyataan itu memalukan. Jangan tersinggung, kita semua berproses menjadi pribadi lebih baik. Salam 

baca juga : 
http://duniayanu.blogspot.co.id/2007/09/dilema-tradisi-nyumbang.html 



Bukit Bunda Sign Board - Dokumentasi Pribadi
Beberapa tahun belakangan ini, kabupaten Blitar sedang menggencarkan pembukaan wisata baru. Hal ini aku rasa bagus karena menghidupkan roda perekonomian warga lokal dan memang sebenarnya Blitar punya cukup banyak potensi wisata yang apabila dikelola dengan serius bisa meningkatkan pendapatan asli daerah. Tampaknya Blitar mulai meniru gaya promosi Banyuwangi atau justru kota tetangganya sendiri yaitu Malang. Melakukan branding dan mengoptimalisasi promosi lewat sosial media. Sebagai warga Blitar tentu hal ini menjadi kebanggaan bagi saya, selain sudah gak bingung ketika ditanya “Blitar itu wisata apa aja?” juga karena nama Blitar yang sebelumnya seolah tidak pernah masuk radar tujuan wisata para traveler kini mulai banyak dilirik untuk dimasukkan list jalan-jalan mereka. Well, sebagai warga Blitar lalu apa kontribusi yang bisa aku lakukan? Mengunjungi wisata tersebut, upload ke sosial media dan menulis di blog seperti yang aku lakukan sekarang, hitung-hitung promosi :D

View Bukit Bunda dari atas - Dokumentasi Pribadi
Kali ini aku akan membahas wisata yang cukup baru di Blitar yaitu Bukit Bunda, berlokasi di Desa Kademangan letaknya tidak terlalu jauh dari kampung coklat (yang lebih popular terlebih dahulu) jadi bagi kalian yang ada agenda ke kampung coklat bisa sekalian mampir ke Bukit Bunda yang berjarak hanya 5 km dari kampung coklat. Harga tiket masuknya murah hanya Rp 5.000/orang. Parkir mobil dan motor juga luas, kalian bisa parkir di dalam lokasi atau parkir yang disediakan warga dipinggir jalan. 
Larangan di Bukit Bunda - Dokumentasi Pribadi
Lalu wisata apa sih yang sebenarnya ditawarkan Bukit Bunda? Wisata yang ditawarkan adalah wisata alam, melihat Blitar dari atas. Meskipun tidak tinggi banget tapi lumayan lah view nya. Bukit Bunda sendiri adalah daerah bekas tambang karst yang sudah tidak beroperasi jadi jangan heran kalau disana ada bekas alat berat yang dijadikan objek foto.  
Ada mobil offroad juga yang siap mengantarkan pengunjung ke atas bukit apabila malas berjalan menanjak. Suasanya panas terik karena ya memang bukit kapur :D tapi bagi pengunjung yang bawa anak kecil tidak perlu kuatir karena disana ada fasilitas kolam renang. Untuk masuk ke kolam renang pengunjung harus bayar biaya masuk lagi.
Beberapa fasilitas yang ada di Bukit Bunda antara lain foodcourt, gazebo (biasanya untuk acara outbound), kolam renang, photo booth, flying fox (masih diperbaiki ketika aku kesana) dan beberapa bangunan lagi yang masih terus dibangun (belum tau akan difungsikan sebagai apa).  Oya, di bukit bunda juga ada live musiknya dan mereka sesekali menyanyikan jingle bukit bunda, asyik dan kreatif!
Kolam renang di Bukit Bunda - Dokumentasi Pribadi
Meskipun harga tiket masuk Bukit Bunda Cuma Rp 5.000/orang (untuk ukuran wisata di Blitar itu sudah murah) masih saja ada oknum yang tidak mau membayar dan memilih jalan pintas untuk masuk, mirisnya lagi mereka adalah anak muda yang membawa pacarnya (kids jaman now). Memang sih ada “jalan tikus” menuju bukit bunda sehingga bebas bayar tiket masuk tapi kalau kalian yang paham tujuan diberlakukannya tiket masuk untuk membangun infrastruktur dan menggaji pegawai wisata agar wisata tersebut tetap hidup dan berkembang pasti gak mau melakukan hal bodoh dan merugikan tersebut. Katanya cinta Blitar, mbokya jangan kampungan seperti itu apalagi kamu melakukan itu sama pacar, waduh Rp 5.000/orang aja keberatan kok pake pacaran segala! (stop nyinyir, mari berubah menjadi lebih baik).
Tiket masuk Bukit Bunda - Dokumentasi Pribadi
Jam operasional bukit bunda, aku tidak tau pasti karena tidak tercantum di banner yang ada di lokasi tetapi menurut penduduk sekitar jam operasionalnya mulai pukul 08.00 – 21.00 WIB. Yuks ke bukit bunda, nikmati alamnya, foto-foto dan jangan buang sampah sembarangan. 

Update : Ternyata bukit bunda adalah kawasan wisata milik perseorangan, tepatnya milik eks pilot. informasi lengkap silahkan baca di http://www.tribunnews.com/travel/2017/03/01/bukit-bunda-destinasi-wisata-di-blitar-buah-kekhawatiran-seorang-ibu